Rumah

Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku berpikir mungkin seperti ini rasanya rumah. Bisa mewujud dalam diri yang utuh, diri yang apa adanya. Tanpa rasa khawatir harus sempurna. Tanpa takut dihakimi. Tanpa rasa takut disalahpahami. 

Selama ini aku selalu skeptis terhadap apapun, terhadap siapapun. I know that I am loved, but I worry all the time. Aku selalu khawatir, apakah aku melakukan kesalahan ataukah tidak. Apakah yang aku lakukan sudah cukup baik ataukah masih belum cukup. Aku khawatir jika mereka tersenyum di depanku, but talking about me behind my back. Aku sangat paham bahwa tindakan orang lain, bahkan apa yang mereka pikirkan, berada diluar kendaliku. Hanya saja, bukankah itu menyedihkan jika orang-orang terdekatmu yang melakukannya? Karena itulah aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Mengusahakan yang terbaik, agar aku tak mengecewakan siapapun. Agar aku tak perlu mendengar nada-nada sumbang yang perlahan masuk ke telingaku namun tak tahu jalan keluar dari kepalaku. 

Boleh, jika ingin tersenyum sinis, karena akupun begitu. Dari siapapun, aku sangat tahu bahwa itu mustahil. Aku memang jelas-jelas mengusahakan hal yang mustahil. 

Tapi malam itu, kekhawatiranku hilang. Bahkan ketika aku tak mengusahakan apapun. Aku hanya ada disana menjadi diri apa adanya. Aku bahkan bisa menjadi gila, atau menjadi jahil sejahil-jahilnya, versi diriku yang paling aku sembunyikan. I feel alive. Terimakasih sudah datang malam itu, membuat luruh semua pertahannku. Memberiku sedikit harapan bahwa ternyata aku masih bisa bisa pulang, kembali ke rumah, pada diriku yang utuh tanpa persona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Kritik dan saran sangat diharapkan dan dihargai. Salam Blogger Indonesia.